Dibawah pohon pala ini kami sering ngobrol berdua |
Di kebun ini banyak sekali kenanganku dengan suami. Disini kita habiskan banyak waktu untuk merawat dan memanen pala, cengkeh dan durian. Aku dan suami senang seharian berada di sini, memanjat pohon atau hanya sekedar menikmati pemandangan sambil membuat panah mainan dan menanam beberapa jenis buah. Selain itu disini kita menyusun dan menyamakan visi dan misi keluarga serta cita-cita kami.
Pala biasanya panen setiap tiga bulan sekali. Sebelum panen biasanya setiap hari kita membersihkan bawah pohonnya dan membakar seresahnya. Suami sudah mahir membuat api unggun dari seresah. Aku coba bikin berkali-kali selalu gagal. Setelah asap banyak baru memanjat pohonnya yang tinggi mencapai puluhan meter. Asap gunanya untuk mengusir nyamuk yang biasanya bersarang di atas pohon yang biasa di sebut “agas”. Suami yang memanjat pohon sambil membawa galah atau bahasa daerahnya dubo-dubo. Biasanya saya di ajak naik juga, dia suka memanjat sambil bercerita. Banyak yang diceritakannya, mulai pengalaman saat masih sekolah tentang memanen pala di tempat lain.
Masa-masa ‘pacaran’ kita banyak di habiskan di rumah kebun ini. Masa saling mengenal, menyusun visi dan misi keluarga dan cita-cita kami. Sampai kita ingin membuat rumah pohon karena keterbatasan waktu akhirnya rumah pohon itu kami batalakan.
Pertama kali memanen pala pada bagian bawah tengah dan atas/ pucuk setelah habis turun untuk memetik bagian luar dan untuk memungut buah pala yang sudah di petik. Karena topografi yang miring setiap beberapa meter di beri penghalang bambu, pada bagian yang sangat miring. Jadi berbentuk seperti terasiring. Agar buah pala yang jatuh dan menggelinding di tahan oleh bambu.
Pada saat senggang ketika tidak panen kami mengecek kondisi bambu penahan, apakah sudah aus atau tertimbun tanah sehinga perlu di tambah bambu penahannya.
panen pala |
Untuk memanen satu pohon kita berdua memerlukan waktu 3-4 hari. Apalagi pohon di kebun ada sekitar 5 batang pohon. Dengan jarak tanam tidak kurang dari 25 m. Setelah selesai memetik buah pala kita mengumpulkan buahnya pada satu tempat di bawah pohon pala. Kalau waktu sudah sore buah itu kita simpan di rumah kebun, tetapi bila waktu masih agak siang kita mengupas bijinya, mengambil biji dari buahnya. Membelah pala ini cukup berat bagi yang tidak terbiasa, apalagi getah pala juga banyak. Jika tidak hati-hati tangan gampang terkena pisau.
Kulit pala sebenarnya bias di buat manisan. Tetapi disini lebih sering di buang karena belum pernah membuat manisan pala. Buah pala yang sudah di kupas biasanya dikumpulkan dan di bawa pulang ke rumah untuk di kupas kulit arinya yang berwarna merah yang di sebut fuli. Fuli ini di keringkan dan laku untuk di jual.
Setelah di kupas fulinya biji pala di jemur di bawah atap di atas langit langit rumah kebun. Proses pengeringannya memakan waktu 2 minggu sampai 1 bulan. Tergantung cuaca, kalu panas terus 2 minggu biji pala sudah kering dan siap untuk di pecah. Sambil menunggu biji pala kering kita lanjutkan panen pala di bagian lain begitu seterusnya sampai buah pala di pohon habis.
Setelah biji pala kering proses selanjutnya memecah cangkang pala dan diambil biji dalamnya atau biasa di sebut totoki pala. Biji dalam ini yang biasanya di pakai memasak sebagai teman lada. Aroma khas pala yang bisa menggugah selera makan. Biji pala yang sudah di kupas kemudian di pilah sesuai dengan gradenya. Biji palayang pecah dan utuh di sendirikan. Harga pala cukup mahal perkilogramnya. Dan satu pohon pala sekali panen bisa menghasilkan 30 kg pada saat panen raya.
Selain pala di kebun Tongole juga ada tanaman cengkeh. Tanaman cengkeh ini panen setiap 6 bulan sekali. Pada saat panen cengkeh. Biasanya ada 2 atau 3 orang yang ikut memanen, karena cengekeh harus cepat memanennya jika terlalu muda bunga cengkehnya tidak baik jika sudah pecah bunga cengkehnya sudah tidak laku di jual. Dan masa bunga cengkeh yang siap panen sampai pecah bunga kurang dari dua minggu. Ketika panen cengkeh ini saya di ajak untuk memungut bunga cengkeh yang jatuh.
Pohon Cengkeh |
Bunga cengkeh yang jatuh ini bila di kumpulkan bias mencapai 1 kg kering. Biasanya yang memungut cengkeh ini anak anak. Cara memanen bunga cengkeh berbeda dengan pala. Meanen pala dari batang utama. Sedangkan cengkeh dari arah luar. Karena bunga cengkeh lebih banyak pada luar canopy daun.
Bunga cengkeh yang sudah di panen di pisahkan dari tangkai bunganya. Proses ini di sebut becude. Setelah di pisahkan dari tangkai bunganya cengkeh di jemur pada terik matahari sampai kering. Proses pengeringan bunga ini memakan waktu 3-7 hari tergantung cuaca.
Bunga Cengkeh yang jatuh |
Saat bulan Desember sampai Maret biasanya saat musim durian. Durian di sini panennya tidak di petik diatas pohon, tapi di tunggu jatuh. Ya ini lah yang di sebut dengan menunggu durian runtuh. Durian jatuh biasanya pada malam hari. Kadang di siang hari pun durian juga jatuh, tapi tidak sesering di malam hari. Biasanya durian yang matang jatuh saat angin kencang.
Alhamdulillah kebetulan saat bulan Juli-Agustus tahun itu durian sudah ada yang berbuah.Di kebun terdapat 3 jenis durian. Ada durian kopi yang buahnya kecil-kecil, durian gajah perahu yang bentuknya seperti perahu dan besar. Satu lagi durian jojaro. Durian yang terakhir ini saya belum pernah lihat buahnya, tapi hanya melihat bunganya yang masih kuncup.
Saat angin kencang biasanya durian jatuh, setelah terdengar suara kresek kresek buk… tunggu beberapa saat untuk melihat keadaan apa kah ada durian yang lain jatuh lagi. Jika di rasa sudah tidak ada durian yang jatuh baru kita cari durian yang jatuh itu. Kita mencari durian yang jatuh dengan mengandalkan indra penciuman kita. Karena durian yang jatuh biasanya sudah matang dan berbau menyengat. Buah durian ini enak di makan untuk lauk nasi jaha sambil minum kopi.
berfoto dibawah pohon durian dengan durian kopi yang baru jatuh |
Dikebun juga ada tanaman bambu. Bambu yang tumbuh di kebun ada bambu jawa, bamboo batik yang sudah langka dan bambu yang khusus untuk membuat nasi jaha. Bambu yang khusus untuk membuat nasi jaha ini berbuku panjang dan berkulit tipis dan berrongga luas. Bambu batik biasanya di buat kerajinan bambu untuk kursi, meja atau gazebo. Bambu batik sudah langka karena tidak ada yang membudidayakan tetapi sering di butuhkan untuk bahan kerajinan. Daerah Tongole di sebut juga kampung bambu karena dulu banyak pengrajin bambu.Bambu jawa yang biasa kami pakai sebagai pagar atau penahan terasiring penangkap pala. Bambu jawa ini bentuknya lurus dan sedikit banyak ranting-rantingnya. Selain untuk pagar bamboo jawa di gunakan sebagai galah.
Demikian sedikit ceritaku tentang kebun pala di tongole.